Grobogan Untold Story: Tokoh,Tradisi, dan Kuliner
Rp 120.000Rp 100.000
Pre-order
Judul: Grobogan Untold Story: Tokoh, Tradisi, dan Kuliner
Penulis: Badiatul Muchlisin Asti
Penerbit: Hanum Publisher
Cetakan Pertama: 2025
Tebal Buku: xi +314 hlm
Jenis cover: Softcover
ISBN: (proses)
Buku ini menampilkan kisah-kisah (stories) yang secara umum jarang diungkap. Meskipun misalnya tokoh-tokoh yang ditampilkan sudah sangat masyhur seperti Ki Ageng Tarub dan Ki Ageng Selo, namun kisah yang diangkat merefleksikan sudut pandang baru yang bisa memantik diskusi dan perenungan.
Buku ini juga menampilkan kisah tokoh yang masih asing bagi masyarakat Grobogan seperti Raden Ario Soenarto, Bupati Grobogan penggagas trilogi pembangunan desa; dan H. Andi Patoppoi, Bupati Grobogan pertama yang bukan seorang raden. Kisah leluhur Gus Dur di Ngroto dan leluhur Bung Karno di Wirosari juga dikupas, serta sejumlah tokoh lainnya.
Sejumlah tradisi unik sarat filosofi ditampilkan di buku ini, di antaranya tradisi sedekah bumi Desa Sugihmanik (Tanggungharjo) dan Desa Ngombak (Kedungjati), serta tradisi Barikan di Desa Godan (Tawangharjo). Adapun khazanah kuliner Grobogan ditelesik kisahnya dengan pendekatan historis dan budaya.
Selain kuliner yang sudah populer seperti swike, becek, sega pecel Gambringan, ayam pencok, sega pager, dan lainnya, juga ditampilkan potret eksotisme kuliner desa ala Desa Cingkrong yang disebut dengan istilah “menu sawah”. Juga dikupas menu kegemaran Ki Ageng Selo yang sarat filosofi dan telah diuji coba.
Selebihnya ada kupasan tentang bledug Kuwu, api abadi Mrapen, festival jerami, dan sebagainya. Tentu, masih banyak tokoh dan kekayaan kearifan lokal yang belum terakomodasi di buku ini. Sebagai pintu masuk mengenal tokoh dan keragaman kearifan lokal Grobogan, buku ini penting dan layak dibaca!
Pesan Sekarang
Penulis: Badiatul Muchlisin Asti
Penerbit: Hanum Publisher
Cetakan Pertama: 2025
Tebal Buku: xi +314 hlm
Jenis cover: Softcover
ISBN: (proses)
Buku ini menampilkan kisah-kisah (stories) yang secara umum jarang diungkap. Meskipun misalnya tokoh-tokoh yang ditampilkan sudah sangat masyhur seperti Ki Ageng Tarub dan Ki Ageng Selo, namun kisah yang diangkat merefleksikan sudut pandang baru yang bisa memantik diskusi dan perenungan.
Buku ini juga menampilkan kisah tokoh yang masih asing bagi masyarakat Grobogan seperti Raden Ario Soenarto, Bupati Grobogan penggagas trilogi pembangunan desa; dan H. Andi Patoppoi, Bupati Grobogan pertama yang bukan seorang raden. Kisah leluhur Gus Dur di Ngroto dan leluhur Bung Karno di Wirosari juga dikupas, serta sejumlah tokoh lainnya.
Sejumlah tradisi unik sarat filosofi ditampilkan di buku ini, di antaranya tradisi sedekah bumi Desa Sugihmanik (Tanggungharjo) dan Desa Ngombak (Kedungjati), serta tradisi Barikan di Desa Godan (Tawangharjo). Adapun khazanah kuliner Grobogan ditelesik kisahnya dengan pendekatan historis dan budaya.
Selain kuliner yang sudah populer seperti swike, becek, sega pecel Gambringan, ayam pencok, sega pager, dan lainnya, juga ditampilkan potret eksotisme kuliner desa ala Desa Cingkrong yang disebut dengan istilah “menu sawah”. Juga dikupas menu kegemaran Ki Ageng Selo yang sarat filosofi dan telah diuji coba.
Selebihnya ada kupasan tentang bledug Kuwu, api abadi Mrapen, festival jerami, dan sebagainya. Tentu, masih banyak tokoh dan kekayaan kearifan lokal yang belum terakomodasi di buku ini. Sebagai pintu masuk mengenal tokoh dan keragaman kearifan lokal Grobogan, buku ini penting dan layak dibaca!